Add Math – Past Papers Compilation

During home based learning, one of the final assignments to G10 students was creating a compilation questions from Additional Mathematics syllabus, IGCSE curriculum. This happened after official statement from CIE about exam cancellation for May-June 2020 batch.

Students chose 5 different questions, typed on one document and answered 5 other questions from their friends. They collaborated from the same document. They must use math equation if needed for typing questions, but they may answer on paper manually and attach in the docs as image.

I compiled and converted those files into one pdf file and share to those students (from all over the world 🙂 ) who need extra past paper questions or text book recap questions for IGCSE exam preparation, one day, later.

So, please check the compilation attached below. Still open any inputs for misunderstanding questions or wrong answers. Also, some questions still have empty answers. If you want to answer please submit through comment.

Enjoy!

#remotelearning

#distancelearning

#homebasedlearning

 

Add Math Past Papers Compilation by G10 Students

Smart Board – Masih “Smart” kah?

Kilas Balik

Teringat 21 tahun lalu, setelah sekitar 2 tahun memulai profesi guru, alat bantu presentasi di kelas adalah OHP projector. Dengan ruangan kelas sendiri, OHP menjadi alat mewah (bagi saya) untuk menemani mengajar.

Kepala Sekolah dulu memberikan apresiasi pada saat saya menjelaskan beberapa bagian geometri seperti membagi sebuah sudut menjadi dua bagian sama besar (garis bagi pada segitiga), menggambar lingkaran dalam dan luar sebuah segitiga, menggunakan jangka langsung pada plastik transparant di atas layar kaca OHP, sambil mengatakan “lho kok jadinya saya lebih ngerti sekarang ya, pasti lebih gampang nih bagi siswa mengikutinya”. Wah bangganya, aku “hi-tech” sekali 😉.

Pemakaian OHP berlanjut sampai sekitar 5-6 tahun berikutnya. Oh ya, OHP bukan jadi satu-satunya alat bantu di kelas ya, melainkan hanya salah satu saja dan pemakaian tergantung topik dan keadaan serta RPP.

 

 

 

 

 

 

Foto-foto di atas adalah contoh plastik presentasi dengan OHP Projector. Masih tersimpan rapi satu file yang ini. Ini plastik utama, saat penjelasan ditumpuk dengan plastik kosong untuk coretan langsung 😛. #nostalgia

Selanjutnya presentasi di kelas berkembang dengan penggunaan PPT. Beberapa orang (mungkin guru) mampu membuat PPT interaktif, namun tak sedikit pula guru yang curhat tidak adanya waktu untuk membuat PPT canggih seperti itu. Hehe urusan waktu bagi guru memang sudah melegenda, kurang selalu apalagi jika guru dihantui berlebihan seputar pekerjaan kelengkapan administrasi dan menjadi EO acara sekolah (yang guru pasti paham benar soal EO ini 😁).

Namun saat itu, belum ada sarana komputer permanen di dalam kelas, jadilah sering meminjam lab komputer untuk memindahkan kelas ke sana, demi bisa presentasi PPT. PPT nya pun dilengkapi dengan suara, agar memudahkan siswa mengerti secara individual. Jadilah rekam-rekaman suara untuk dimasukkan ke dalam PPT, dan waktu itu dilakukan di rumah di saat anak saya masih balita. Setiap mau rekam suara, si balita diminta keluar rumah dulu karena dia pasti dengan lucunya selalu ikut-ikutan.

Papan Tulis Pintar

Bertahun-tahun setelah itu, di tahun 2008, akhirnya masuklah komputer (tabung) ke dalam kelas beserta jaringan internet dan projector, maka semakin mudahlah menggunakan alat bantu PPT maupun menunjukan video atau gambar-gambar dari web tertentu.

Namun seperti pernah saya ceritakan di tulisan-tulisan terdahulu, bahwa kekuatan PPT saya bukanlah terletak pada daya tarik tampilannya saja, warna-warni, blink-blink, namun lebih kepada memanfaatkan fungsinya sebagai papan tulis pintar. Sentuhan tulisan tangan (bantuan wacom pad dan pen nya) pada beberapa bagian penjelasan yang sudah diletakkan terlebih dahulu di PPT, menurut saya menambah kekuatan guru untuk tetap terlibat langsung sewaktu menjelaskan di depan siswa. Dengan posisi tubuh tetap menghadap siswa (tidak perlu membelakangi karena tidak menulis di papan tulis biasa lagi), interaksi berjalan lebih lancar. Dan saya selalu katakan bahwa itulah papan tulis pintar saya. “My Smart Board – interactive whiteboard”. Lihat artikel di sini.

Lalu sayapun memimpikan memakai smart board yang sesungguhnya. Namun sayang, tidak pernah kesampaian. Beberapa sekolah menyiapkan smart board di ruangan khusus, tetapi karena hanya satu jadilah eksklusif dan hanya dapat diakses oleh guru tertentu yang dianggap berhubungan erat dengan kemampuan smart board, guru ilmu sosial dan guru bahasa. Anggapan ini menurut pihak sekolah lho ya. Guru matematika tidak dapat akses? Mengapa? Ya karena matematika adalah berhitung, mengajarkan berhitung kok pakai smart board? Sedih deh guru matematika ini 🙁. Haha

Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, saya mendapatkan sebuah tablet, IPad beserta apple tv nya. Mula-mula hanya digunakan jika butuh saja untuk melihat video. Namun semenjak tahun 2014, kedua  alat tersebut tidak pernah lepas  dari kehidupan mengajar saya. Masih butuhkah saya dengan smart board yang sebenarnya? Hmm rasanya sudah tidak tertarik lagi, IPad membawa saya untuk berekplorasi semudah menggunakan smart board asli. Untuk presentasi, disertai tulisan tangan, menjadikan dua layar untuk menampilkan grafik matematika di sisi sebelahnya, atau live browsing, semua sangat mudah dilakukan.

Walaupun masih ada kesan “teacher-centered”, interaktif smart board bisa digantikan dengan penggunaan 1:1 device di kelas (bisa laptop, tablet/IPad, smartphone), melalui aplikasi software kolaborasi. Kebetulan di sekolah saya yang sekarang, dimana dikondisikan BYOD (Bring Your Own Device), 90% nya menggunakan produk Apple, jadi jika dibutuhkan, transfer file semudah “airdrop”. Sama atau beda produkpun, tetap bisa berkolaborasi melalui google apps, onenote class notebook, ataupun berbagai apps yang lain. Dan semua siswa dapat bekerja di halaman kerja yang sama.

Contoh foto di atas menggambarkan suasana di kelas pada saat belajar Persamaan dan Fungsi Kuadrat kelas 9, dengan aktivitas kegiatan menggunakan software Student Desmos Activity, yang langsung dapat dipantau oleh guru secara online langkah kerja mereka. Sesaat saya iseng menyebut “say cheese” dan mata mereka spontan melihat layar 😊.

Contoh video di atas adalah sewaktu pembelajaran revisi menjelang ujian. Siswa berkelompok, satu kelompok bertugas mengumpulkan soal dan menyajikan secara online kemudian menjawab soal dari kelompok lain, dan sebaliknya.

Link berikut ini, juga merupakan contoh bagaimana saya menerapkan penggunaan IPad sebagai papan tulis pintar saya. Silahkan klik di sini.

Jadi, sekolah yang masih menganggap investasi melalui satu atau dua buah smart board mungkin sudah tidak tepat lagi. Selain menghabiskan uang dalam jumlah besar, termasuk sekolah harus menyiapkan pelatihan dan distribusi informasi untuk memastikan guru-gurunya pun  mampu mengoperasikan si smart board, kadang penggunaannya pun tidak maksimal, tidak semua guru akan mendapatkan pengalaman mengajar maupun siswa mendapatkan pengalaman belajar. Kecuali sekolah yang sanggup menyediakan di setiap ruang kelasnya, maka akan lain ceritanya. Di beberapa sekolah dengan sumber siswa dari orang tua yang cukup secara ekonomi, strategi BYOD bisa menjadi solusi terbaik untuk membangun sistem belajar kolaborasi, tidak melulu terpusat hanya pada guru saja. Device pun beragam variasinya, beragam pula harganya, jadi penggunaan device di era ini bukanlah lagi menjadi eksklusif atau sekolah kaya atau siswa kaya, melainkan sudah jamannya.  Mengaku miskin tapi tetap pakai smartphone untuk chatting atau bermain sosial media terus menerusNah mending untuk belajar kan.

Selamat Belajar!

Berbagi GeoGebra di SMPK BPK PENABUR

Pengantar:





Dihubungi pertama kali tanggal 6 November untuk berbagi ilmu tentang GeoGebra. Wah rasanya senang sekali. Sebagai orang tua dari siswa yang bersekolah di salah satu SMA BPK Penabur, di samping senang juga bangga  😯  😳

Akhirnya disepakati waktu pelatihan adalah tanggal 28 November, hari Rabu. Kebetulan yang sangat pas karena kegiatan di sekolah sendiri sedang tidak ada karena ada ulangan umum dan di hari itu kosong tugas.

Dimulailah dua sesi pelatihan yang sangat menarik, seperti cuplikan 3 slides berikut ini:

Belajar bagaimana membuat interaktif itulah bagian yang paling rumitnya. Belum terlalu banyak yang bisa dilakukan, namun dalam pelatihan tersebut, setidaknya guru-guru sudah mencoba di awal dan tahu bagaimana harus memulai.

Tidak lupa pula, guru-guru pun dikenalkan pada GeoGebra AR. Software aplikatif untuk membangun semangat siswa belajar dan mengenal bangun 3D.

Semoga pelatihan ini bermanfaat dan di lain waktu bisa disambung lagi untuk lebih mendalami GeoGebra.

Berikut beberapa foto dari pelatihan tersebut:

Pelatihan menjadi lebih mengesankan karena @geogebra mengapresiasi dengan retweet dan like nya. Horeeee!! 😀

snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake