First Day of Exam

Today is the first day of five days exam in Santa Laurensia. Compare to my previous school, they are having Christmas celebration today and then holidays 😉

“Watching” them study last night was so excited. Watching through the powerful IT tool called TWITTER 😉

They spent hours and hours to study for Civics and Religion exam. How they struggle, their excitement, their “angry”, their funny thought.

“Who are the members of the BPUPKI? We don’t know them cos we haven’t born yet, should we memorising their name?”

“Why UUD 45 got amandement? Cos our teacher said so”

“Great, I fell asleep for two hours and haven’t studied yet”

“I only study for 40 – 60 minutes and the rest of time for me is sleeepppiinnng”

“Civics and Religion are driving me crazy and so wasting my pen” #pelitnya 😉 (And I was smiling during their exam just now, looking so many hand writing on the answer sheet).

Their comment are so funny, aren’t they? 🙂

This morning, my students sit for exam in arranged room based on their student number. The room arrangement alone is a new experience for me. One room contains students from grade 7 – 9. Hmm, so this is why the school didn’t ask for teachers’ request for test duration of their subjects. What if in my subject across different levels, and i want different period for each level but students end up having to sit for the same time?
But anyway, okay lah, no discussion right now. The focus now is only my students exam.

One day has finished, yeaayyy, at least we have two days of weekend after tiring days this week. Especially today, they had twice of 90 minutes to answer so many questions and put effort on hand writing. Next week, another 8 subjects waiting for the exam.

Good luck guys <3 wish you all the best for the final exam. GBU

 

Dari Menuju sampai Menjadi

Jalan hidup membawa saya sebagai pengajar, lalu menjadi pendidik. Jalan hidup yang sama sebagai pendidik telah memberikan saya kesempatan untuk melihat, terlibat, dan mengalami perubahan jaman, dari penghujung abad 20 hingga ke abad 21.

Suatu masa yang menarik, dimana perubahan-perubahan besar terjadi (seperti pernah saya sharingkan dalam “Pengajaran dan Pembelajaran Abad 21 – dari perspektif saya“). Masa dimana saya merasa sering berpikir “apa sih skill abad 21 itu?”

Beruntung saya sempat mendapat konfirmasi beberapa skill tersebut saat PLPG. Baru-baru ini juga merasa beruntung lagi saat mendapat konfirmasi lain melalui pelatihan pengembangan profesi di tempat saya bekerja. Seorang expat spesialis pendidikan yang bertindak sebagaii fasilitator pengembangan profesi ditempat saya bekerja ternyata merasa saya amat memenuhi kemampuan abad 21. #thankyoumsEve

Senang? Ya senang dong dihargai tempat bekerja 😀 Tetapi juga yang menarik adalah standard ukurannya yang saya pikir kok menarik untuk disharingkan.

Beberapa pointnya adalah:

– Kualitas presentasi, termasuk penggunaan bahasa instruksional dan bahasa tubuh. Bahasa instruksional ini menarik karena sebenarnya memang ada alat ukur kemampuan berbahasa instruksional (lagi-lagi buatan negeri seberang sih dan bukan yang baru menang 2-0 dari kita ya ;))

– Kemampuan bereksperimen dengan ide baru. Eksperimen? Wah berarti ia tahu ada resiko terhadap mencoba ide baru.

– Kemampuan menyampaikan informasi dan berpikir kritis. Kemampuan dasar dari orang terdidik, walau sayangnya berpikir kritis ehm… mungkin tidak selalu diterima di latar budaya kita.

– Terakhir, yaitu kemampuan menggunakan teknologi (teknologi yang bukan cuma sekedar tempelan dari internet dan pencantuman video youtube).

Sedang senang dihargai pelatih, eh, bertemu lagilah dengan si Abad 21 yang masih saja membawa perubahan dan kesempatan belajar.

Minggu lalu ditandai dengan uji publik kurikulum 2013 yang merupakan usaha perbaikan dari kurikulum yang berawal dari tahun 2004. Terutama rekan guru era baru, mungkin amat menarik jika kita memperhatikan niatan pemerintah: TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri sendiri.

Perubahan dari teknologi informasi sebagai nilai tambah menjadi sebagai sarana tetap dalam pembelajaran, tentunya memiliki efek berantai bagi guru, sekolah dan murid.

Juga menarik jika melihat dalam dokumen yang sama disebutkan bahwa ada penambahan jam pelajaran karena ada pelajaran-pelajaran yang digabung. Waduh 😀 nambah jam? Kena gak ya? Apa akan jadi kena 32 period per minggu? X_X *sound efek kepala pusing* *32 period dibanding 18 level, dilemma, mana yang lebih pusing? ;)* #marimembahassoal18unikkelassetelahyangsatuini

Satu hal yang pasti, mungkin saatnya belajar (lagi) deh bagaimana supaya lebih mengefisienkan kemampuan penggunaan teknologi.

Membagikan pengetahuan ini menjadi salah satu tujuan saya juga selama guru-guru bersedia berkembang dan tidak resisten terhadap perubahan dan juga teknologinya sendiri.

The only person who is educated is the one who has learned how to learn and change ~ Carl Rogers ~

 

snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake