Seandainya (1)……
Refleksi hari ini:
Dulu, siswa datang berbondong – bondong ke ruangan guru untuk sekedar mengumpulkan tugasnya karena ada permintaan dari guru yang wajib kumpul tugas jam tertentu. Hiruk pikuk di dalam ruangan menjadikan ruangan yang harusnya lapang menjadi pengap sekejap. Mengapa harus jadi berbondong-bondong? Ya itu tadi, harus kumpul di jam tertentu dan “ego” si guru telah menciptakan kondisi itu terjadi, merasa “lebih berkuasa” sebagai “pemberi tugas” sehingga meminta para siswa seperti tampak harus mengejar-ngejar gurunya maupun “waktu” agar masuk kategori tepat kumpul (tidak telat).
Seandainya: guru lebih lapang dada dan bijaksana bahwa memberikan tugas, juga sebaiknya dibarengi sikap bertanggung jawab untuk menantikan siswa yang akan mengumpulkan tugasnya di depan ruangan agar ruangan tetap terjaga ketenangannya dan saling toleransi sesama penghuni ruangan lainnya. Mengapa menunggu di luar ruangan? Karena sudah ditentukan waktu pengumpulannya, malah terlihat jelas siapa yang kumpul dan siapa yang telat.
Sekarang, siswa datang berbondong-bondong dalam kurun waktu saat “break time” dan hanya boleh berpermisi-permisi dari luar ruangan untuk mencari si guru tertentu untuk mengumpulkan tugasnya atau untuk berkomunikasi urusan sekolah atau sekedar “chit chat”. “Drop Box” memang ada tetapi hanya sebagian guru yang memilikinya. Kadang terjadi bolak balik, mondar mandir guru yang sama, karena guru sendirian melayani sejumlah siswa yang juga bolak balik, mondar mandir, mencari gurunya.
Seandainya: Ada tambahan “drop box” agar lengkap dimiliki semua guru. Ruangan yang lebih besar lagi sehingga dapat mengakomodasi guru dan “barang-barang berharga” milik guru (soal-soal, lembar kerja, catatan, jurnal yang tidak boleh diintip siswa) dan siswa yang memiliki kepentingan terhadap guru tertentu, dengan sopan dapat masuk ke ruangan dan mencari guru yang bersangkutan.