Sabtu lalu, datanglah ke bioskop dan memesan tiket tepat barisan ke 7 di tengah, demi Stallone. Stallone yang dulu bermain dalam ragam karakter berbeda namun mimiknya selalu “cool” (menurut saya), dan sekarang yang sudah tua sekali jika sebagai jagoan.
Di awal penayangan, wah seru, tetap cool seperti John Rambo, the legend, yang selama ini menghiasi kepala saya. Cerita cukup menarik, menceritakan hidup Rambo yang selalu berusaha baik kepada semua orang, menolong, menyelamatkan, dan melindungi yang dikasihinya. Ciri khas Rambo pun tak hilang yaitu, dengan segala kebaikan yang dia berikan, setengah kisah cerita selalu dihancurkan oleh orang jahat, dan diakhiri dengan pembalasan dendam. Klise. Tapi demi nostalgia, tak apa lah 🙂
Dan cerita bergulir sampai drama penculikan Gabrielle, sang keponakan. Rambo mendatangi Meksiko, dan…………… sisa cerita hanya dilihat dari bukaan mata secuil atau bukaan antar jari 5 mm untuk mata mengintip……
Lalu selesailah cerita Rambo diakhiri dengan menunggang kuda yang kemungkinan bisa menjadi Rambo 6.
Jadi tulisan ini, boro-boro bisa jadi ‘spoiler’, dari balik jemari terbuka 5 mm, tak akan ada yang bisa dikisahkan kembali dengan lengkap. Lalu mengapa nonton Rambo? Yaah, ternyata saya lupa. Rambo 1 – 4 hanya menonton di rumah, layar TV, video jaman dulu atau layar kaca dari stasiun tv. Tidak pernah memiliki nyali cukup untuk menonton di bioskop layar lebar. Hatiku tetap lembut selembut salju ala lagu alm Rinto H, dengan gaya John Rambo masuk bioskop 😀
Film nostalgia berikut yang akan dinantikan penayangannya adalah Top Gun. Nah ini tentu tidak akan perlu tutup mata lagi selama menonton 😀
View Comments (2)
Bu Hedy yang hatinya selembut salju..... terimakasih untuk ulasannya.... aku belom sempat nonton si Rambo terbaru yang Ibu ulas.....
Haha.... bapak.... ketauan deh saya nonton tutup mata. Ulasan / spoiler nya jadi gagal deh X_X :D