Matematika
Semalam, pas sedang belajar, Matthew berceloteh “nah, ini baru seru, pelajaran yang Matthew suka” #pembuathatimamasenang. Paling bisaaa deh kamu.
Anyway, setelah menghabiskan dua sampai tiga puluhan lembar paket matematika sejak 5 Oktober lalu, semalam, anak ini lumayan lancar lah latihan soal terakhirnya.
Astagahhh!!! puluhan lembar??? haha kesannya belajar gila-gilaan amat ya, padahal tentulah setelah lewat beberapa bulan, terlihat wah banyak sekali, termasuk di dalamnya TO saja 8 kali toh 😉 . Dan pengarsipan selama belasan tahun mengajar, habis dalam sekejap #lebay (mamanya kan suka kumpulin soal UN tapi hanya sampai 2012 lalu haha, habis itu ya malas, tinggal googling langsung ketemu semua).
Anakku ini lumayan rajin kok. Salah satu buku belajarnya seperti gambar berikut, rapiiii kan untuk ukuran anak laki-laki??? *mama minta pengakuan*. Iya salah satu buku belajar dari salah lima kaliiii 🙂 . Tidak apa-apa kok, yang penting berniat belajar dan ingin bisa bukan menghapal jawaban.
Jadi, jika memang punya niatan untuk mencoba jurusan bidang study IPA di SMA nanti, ya harus memulai dengan menyukai belajar yang lebih rapi di bidang Matematika dan IPA (Fisika maupun Biology) di SMP ini. Supaya, dengan materi yang semakin banyak nantinya, tidak akan keteteran lagi. Semoga ya Matt 🙂
Hari kedua telah usai *tarik napas panjang*. Ok, kita lanjut dengan persiapan hari ketiga ya, bahasa Inggris.
___________________________________________________________________________
Setelah dua jam kemudian…….
Baru mendapat kabar kalau UN Matematika susaaahhhh 😉 *dari anakku* Nah lhooo
Kalau mudah, ya ketebak semua dong, tidak ada lagi logika berpikir lagi dalam menjawab soal. Bisa karena biasa, ya bagus kok, artinya konsisten belajarnya, namun bisa karena ada masalah baru, itu yang harusnya kita biasakan kan?
“Aku protes ma sama gurunya, kok soalnya susah??? Lalu kata gurunya sebab UN nya berdasarkan kurikulum 2013. Pantesan maaaa”. Ngomel si Matthew.
Langsunglah saya browsing ke http://un.kemdikbud.go.id. Jelas tertulis kalau UN 2016 menggunakan kisi-kisi soal yang merupakan irisan kurikulum 2006 dan 2013. Yang di luar irisan, tidak dimasukkan.
Jadi, nak, sorry, mama tidak bisa menyetujui kalau alasannya adalah “korban bukan kurikulum 2013” 🙂
Susah atau mudah, memang terkadang tipis perbedaannya. Susah yang digambarkan oleh Matthew, lebih kepada logika berpikir yang lebih panjang, dan dia “stuck” tidak mampu mengembangkan tipe soal perbandingan yang biasanya hanya satu variabel, hari ini mendadak menemukan dua. Belum lagi soal mencari Toko mana dari tiga toko yang memberikan diskon termurah (biasanya hanya satu toko dan langsung ditanya diskonnya saja).
Dalam waktu 2 jam, dia keteter beberapa soal, dan panik memberikan laporan kepada saya. Lalu, apa reaksi saya??? *hmm apa ya* “apaaa nak? kamu tidak bisa semuanya? jadi kemana saja kamau selama ini kurang sih belajarnya……” Hehe… Ada sih di kepala itu, tapi setelah tarik napas, ya sudah berubah menjadi “ok lah, itu artinya pemerintah makin mencari perimbangan membuat soal yang lebih berbobot Matt, cara belajar kita (kalian) saja yang selama ini seperti membiasakan diri (saja) untuk menyambut soal ujian tertentu.
“Tapiii maaa curang, mama liat sendiri kan kemaren dan beberapa hari terakhir, Matt gak pernah nanya mama lagi, Matt sudah bisa…” *jitak-jitak* “Iya sayang……”