Dari Menuju sampai Menjadi

Jalan hidup membawa saya sebagai pengajar, lalu menjadi pendidik. Jalan hidup yang sama sebagai pendidik telah memberikan saya kesempatan untuk melihat, terlibat, dan mengalami perubahan jaman, dari penghujung abad 20 hingga ke abad 21.

Suatu masa yang menarik, dimana perubahan-perubahan besar terjadi (seperti pernah saya sharingkan dalam “Pengajaran dan Pembelajaran Abad 21 – dari perspektif saya“). Masa dimana saya merasa sering berpikir “apa sih skill abad 21 itu?”

Beruntung saya sempat mendapat konfirmasi beberapa skill tersebut saat PLPG. Baru-baru ini juga merasa beruntung lagi saat mendapat konfirmasi lain melalui pelatihan pengembangan profesi di tempat saya bekerja. Seorang expat spesialis pendidikan yang bertindak sebagaii fasilitator pengembangan profesi ditempat saya bekerja ternyata merasa saya amat memenuhi kemampuan abad 21. #thankyoumsEve

Senang? Ya senang dong dihargai tempat bekerja 😀 Tetapi juga yang menarik adalah standard ukurannya yang saya pikir kok menarik untuk disharingkan.

Beberapa pointnya adalah:

– Kualitas presentasi, termasuk penggunaan bahasa instruksional dan bahasa tubuh. Bahasa instruksional ini menarik karena sebenarnya memang ada alat ukur kemampuan berbahasa instruksional (lagi-lagi buatan negeri seberang sih dan bukan yang baru menang 2-0 dari kita ya ;))

– Kemampuan bereksperimen dengan ide baru. Eksperimen? Wah berarti ia tahu ada resiko terhadap mencoba ide baru.

– Kemampuan menyampaikan informasi dan berpikir kritis. Kemampuan dasar dari orang terdidik, walau sayangnya berpikir kritis ehm… mungkin tidak selalu diterima di latar budaya kita.

– Terakhir, yaitu kemampuan menggunakan teknologi (teknologi yang bukan cuma sekedar tempelan dari internet dan pencantuman video youtube).

Sedang senang dihargai pelatih, eh, bertemu lagilah dengan si Abad 21 yang masih saja membawa perubahan dan kesempatan belajar.

Minggu lalu ditandai dengan uji publik kurikulum 2013 yang merupakan usaha perbaikan dari kurikulum yang berawal dari tahun 2004. Terutama rekan guru era baru, mungkin amat menarik jika kita memperhatikan niatan pemerintah: TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri sendiri.

Perubahan dari teknologi informasi sebagai nilai tambah menjadi sebagai sarana tetap dalam pembelajaran, tentunya memiliki efek berantai bagi guru, sekolah dan murid.

Juga menarik jika melihat dalam dokumen yang sama disebutkan bahwa ada penambahan jam pelajaran karena ada pelajaran-pelajaran yang digabung. Waduh 😀 nambah jam? Kena gak ya? Apa akan jadi kena 32 period per minggu? X_X *sound efek kepala pusing* *32 period dibanding 18 level, dilemma, mana yang lebih pusing? ;)* #marimembahassoal18unikkelassetelahyangsatuini

Satu hal yang pasti, mungkin saatnya belajar (lagi) deh bagaimana supaya lebih mengefisienkan kemampuan penggunaan teknologi.

Membagikan pengetahuan ini menjadi salah satu tujuan saya juga selama guru-guru bersedia berkembang dan tidak resisten terhadap perubahan dan juga teknologinya sendiri.

The only person who is educated is the one who has learned how to learn and change ~ Carl Rogers ~

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake snowflake